Oleh: Marlin dan Robet

Ciri Khas Budaya Melayu

  • Lingkaran Hidup masyarakat Melayu adalah dimulai dari proses pernikahan, kelahiran di 7 bulan awal yang dikenal dengan nama Lenggang perut, hingga kelahiran bayi dimana ada pemotongan rambut bayi, kemudian upacara kematian dari 40 hari hingga 100 hari . 
  • Memiliki tari zapin dan rentak sembilan yang sangat umum dikenal orang Indonesia .  
  • Seni tenun yang khas dimana dikenal kain songket.  
  • Orang melayu sangat mahir dalam kegiatan berbalas pantun  
  • Robo-robo (Melayu di Mempawah)

Acara Robo-robo 

Robo-robo adalah nama upacara tahunan yang diselenggarakan oleh penduduk kabupaten pontianak khususnya dan masyarakat keturunan bugis. Kata Robo-robo berasal dari kata robo yang paling dekat dengan istilah nama hari ke empat yaitu rabu. Upacara ini dirayakan setiap tahun pada hari rabu yaitu setiap hari rabu terakhir bulan syafar tahun Islam. Bagi penduduk daerah kabupaten Pontianak di Mempawah, upacara Robo-robo bersifat historis, religio magis dan bersifat socio cultural.  Pada awalnya acara ini di gelar untuk menyambut Opu Daeng Menambon dari kerajaan Mantan (Tanjungpura) di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan Mempawah. Opu Daeng Menambon adalah keturunan Kerajaan Luwu, Sulawesi Selatan. Opu Daeng Menambon datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama Islam. Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Menambon juga meneruskan tahta kerajaan Panembahan Senggaok yang pada saat itu dirangkap oleh sultan di Kerajaan Matan Tanjunpura. Berlayarnya Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan Tanjungpura (Kabupaten Ketapang) diiringi sekitar 40 perahu. Saat masuk di Muara Kuala Mempawah, rombongan disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah. Penyambutan itu dilakukan dengan memasang berbagai kertas dan kain warna warni di rumahrumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Bahkan, beberapa warga pun menyongsong masuknya Opu Daeng Manambon ke Sungai Mempawah dengan menggunakan sampan. Terharu karena melihat sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan bekal makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari Minggu terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan diri turun di Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya, mohon keselamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Prosesi itulah yang kemudian dijadikan sebagai awal digelarnya hari Robo-robo, yang setiap tahun rutin dilakukan warga Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama sanak saudara dan tetangga.  

 
  Berikut adalah prosesi Upacara Adat dan Budaya Robo-Robo Hari Senin:

  • Buang-buang dan gelar adat pelepasan puaka yang berlokasi di Istana Amantubillah 
  • Kirab pusaka kerajaan yang berlokasi di Benteng Kota Batu 
  • Tahlil yang berlokasi di Masjid Jami kerajaan Hari Selasa 
  • Ziarah akbar makam raja-raja Mempawah, lokasi di Sebukit Rama dan 
  • Kompleks Makam Raja-Raja 
  • Napak tilas Kerajaan Mempawah, lokasi di Istana Amantubillah 
  • Gelar adat Toana,jamuan kerajaan bersama Sultan/Raja nusantara dan atraksi budaya, lokasi di Istana Amantubillah Hari Rabu 
  • Gelar adat syafar bersama Raja Mempawah XII, lokasi Istana di Amantubillah 
  • Buang-buang kelaut,tepung tawar kapal-kapal nelayan, lokasi di Kuala Mempawah 
  • Pembukaan gelar adat tradisi Robo-Robo dan Toana, lokasi di Kuala Mempawah 
  • Penutupan adat tradisi Robo-Robo, lokasi di Istana Amantubillah 

Alat-alat yang digunakan dalam upacara Robo-robo
 
Perlengkapan yang diperlukan untuk upacara Robo-robo antara lain:   

Bagi kendaraan istana Mempawah  

  • Sesajian terdiri dari nasi pulut warna kuning, panggang ayam satu ekor, berteh    beras kuning, dan setanggi.  
  • Air tepung tawar, air tolak bala, dan ramuan bunga.

Bagi masyarakat setempat  

  • Air tolak bala dan air salamun tujuh.  
  • Nasi dan lauk pauk secukupnya untuk kenduri.  
  • Ketupat dan kue-kue.  
  • Sampan lomba bagi yang akan mengikuti lomba sampan.  
  • Permainan gangsing, olahraga volly dan sepak bola. 

Bagi panitia penyelenggara  

  • Podium dan pengeras suara.  
  • Rambu-rambu lomba sampan disungai  
  • Hadiah-hadiah perlombaan.  
  • Alat perlengkapan administrasi.

 
Adapun sesajian yang digunakan didalam lokasi makam antara lain :  

  1. Nasi kuning yang berbentuk kerucut, nasi dengan seekor panggang ayam. Bertih, beras kuning satu mangkok, sepiring ketupat, dan sisir.
  2. Adapun perlengkapan yang akan dibawa kelaut antara lain: nasi lauk pauk, panggang ayam, ketupat lemak, kue-kue yang disiapkan kedalam ancak, kapur dan rokok.   

Tahap-Tahap Dalam Upacara Pernikahan Budaya Melayu  

a. Prosesi Lamaran  

Pada prosesi adat Melayu Pontianak istilah untuk mencari gadis yang hendak dipinang oleh pihak pria ialah ‘mengangin-anginkan’Kemudian, setelah pihak pria menemukan gadis yang hendak dipinang barulah perwakilan dari pihak keluarga pria akan datang menemui orangtua pihak perempuan untuk men\anyakan status gadis yang diincar. Setelah pihak wanita dipastikan masih berstatus lajang, barulah orangtua pihak pria akan mengutus keluarga dekatnya untuk datang ke rumah orang tua perempuan dengan tujuan melamar atau meminang. Jika lamaran diterima segera dilangsungkan ke tahap selanjutnya yaitu; “Ngantar Tande”. Dalam prosesi ini keluarga pria akan membawa cincin dan seperangkat pakaian wanita sebagai tanda pengikat. Dalam acara ini pula kedua pihak keluarga akan berembuk menentukan tanggal pernikahan.

b. Merias Diri Jelang Pernikahan 
Bila pengantin masa kini memilih perawatan salon dan spa menjelang hari bahagia mereka. Maka calon pengantin Melayu Pontianak juga akan melakukan sejumlah prosesi untuk mempercantik diri menjelang hari pernikahan tiba. Bedanya, prosesi adat Melayu Pontianak menggunakan bahan alami dan ritual yang sarat akan makna dan doa.  

  • Bebedakan. Selama 40 hari sebelum tanggal pernikahan, calon pengantin wanita diharuskan berbedak dengan bahan khusus demi wajah yang lebih bersih dan segar di hari pernikahan. Selama pemakaian bedak tersebut calon mempelai wanita pun tidak diperkenankan berpergian keluar rumah. 
  • Bertangas. Bertangas atau mandi uap merupakan prosesi sebelum hari H yang berguna untuk mengurangi keringat dan mengharumkan tubuh. Prosesi ini biasanya dilakukan satu minggu jelang hari pernikahan. 
  • Tepung Tawar dan Mandi Berias. Dalam budaya Melayu, tepung tawar merupakan ritual peninggalan raja-raja terdahulu. Nama tepung tawar sendiri berasal dari bahan tepung besar yang dicampur air. Selain tepung beras, beberapa bahan lain seperti kembang setaman, beras kuning, siding-sidingan, balaibalai atau golai juga disertakan dalam ramuan.Satu hari sebelum akad nikah masing-masing keluarga calon mempelai akan melakukan tepung tawar dan mandi berias dengan tujuan menolak bala dan mengharapkan keselamatan dalam menghadapi akad nikah. Dalam ritual ini juga kedua calon mempelai akan memohon doa restu dari orangtua. 
  • Berinai. Prosesi ini merupakan suatu tradisi memberi warna merah pada kuku sebagai tanda pengantin baru yang dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah. Warna merah sendiri dihasilkan dari daun pacar atau henna.
  • Bercukur dan Titek Gigi. Tradisi ini dilakukan setelah mandi dan berias tepung tawar dengan mencukur rambut-rambut halus di sekitar muka dan meratakan gigi calon pengantin agar terlihat lebih cantik.  

Prosesi Akad Nikah 

Akad nikah, lazimnya akan dilakukan di rumah calon mempelai wanita pada siang atau malam hari. Bersamaan dengan itu pula keluarga calon pengantin laki-laki akan membawa barang hantaran berupa uang dan barang atau seperangkat perlengkapan untuk calon mempelai wanita.


Peralatan dalam pernikahan suku Melayu

Dalam hal ini, adapun peralatan yang kami bahas dalam pernikahan Suku Melayu Pontianak adalah peralatan dalam Tepong Tawar Upacara Gunting Rambut. Adapun kahlatan (peralatan) dan perlengkapan Tepong Tawar Upacara Gunting Rambut terdiri dari:  

  • 1 (satu) buah Ceper/Talam yang berisikan  Minyak Bau yakni sejenis wewangian yang diolah dari minyak kelapa dan rempah-rempah campurannya. 
  • Bereteh (Bertik) berupa padi yang digoreng tanpa minyak sehingga berwarna putih.
  • Beras Kuning yaitu Beras diramas dengan kunyit hingga berwarna kuning. 
  • Tepong tawar adalah tepong yang terbuat dan beras yang digiling halus dan dicampur sedikit kunyit (sebagai pewarna) serta thaduk hingga berwama kuning, kemudian ditempatkan di dalam bokor. Disebut tawar, karena sebagai penepok atau penepasnya yang terdini dan daun-daunan sebanyak tiga, lima atau Tujuh jenis daun yang disebut PENAWAR (TAWAR). Lazimnya daun-daunan yang digunakan terdini dan lima jenis daun karena mudah didapat dan rnakna atau tamsilnya ialah: 
  • Daun SENTAWAR ditamsilkan sebagai penawar segala yang berbisa atau yang beracun (Pengobat bias racun sembilu) 
  • Daun SEDINGIN bermakna sebagai penyejuk hati (agar penyakit segera berlalu/sembuh). 
  • Daun GANDARUSA penolak segala penyakit dari luar buatan orang atau pengusir setan tembalang. 
  • Daun ATI-ATI bermakna atau melambangkan bersikap hati-hati, cermat dan teliti dalam segala hal. 
  • Daun AKAR RIBU-RIBU, akarnya liut kuat tertambat, tumbuhnya menjalar (merambat) ditamsilkan apabila putra atau putri menginjak dewasa akan bersikap tawakal menghadapi cobaan dengan tekad yang kuat.

 
Adat istiadat kematian dalam suku Melayu  
 
Dalam Upacara Kematian Suku Melayu yang ada, ada beberapa hal yang akan kami bahas, yaitu sebagai berikut:  

Sejarah Kematian Suku Melayu 

Sejarah kematian bagi masyarakat suku melayu, adalah suatu ritual penghormatan terhadap perjalanan orang yang meninggal ke alam baka. Sejarah ini juga tampak dari cara pandang perilaku orang yang mengunjungi keluarga dari orang yang meninggal, mengikuti upacara selamatan, ikut memandikan, menyiapkan lubang kubur, menguburkan, dan mendoakannya. Sehingga, upacara kematian, dengan demikian, merupakan wilayah tumpang tindih antara peristiwa sakral dan peristiwa sosial.  

Tahap – Tahap Upacara Kematian Suku Melayu 

Dalam bagian ini, ada beberapa tahap-tahap dalam Upacara Kematian Suku Melayu :  

  • Waktu Dan Tempat Upacara Kematian - Tempat untuk melaksanakan upacara berproses dari halaman rumah tempat keluarga dari orang yang meninggal hingga di tanah pekuburan tempat si mayat akan dikebumikan. Upacara kematian dalam hal ini tidak semata-mata prosesi penguburan, tetapi meliputi aspek-aspek lain seperti perawatan jenazah dan ritual-ritual lainnya.
  • Memandikan dan Membungkus Mayat - Sebelum dikuburkan, pihak kerabat dekat dan orang yang biasa memandikan jenazah terlebih dahulu harus memandikan mayat dan kemudian membungkus dengan kain kafan. Dalam hal ini mayat laki-laki dimandikan oleh laki-laki,  
  • Dan mayat perempuan oleh kalangan wanita. Sedangkan untuk mayat anakanak, biasanya dilaksanakan oleh para perempuan tanpa mempertimbangkan jenis kelaminnya. Khusus untuk anak atau orang tua mereka (yang sesama jenis), biasanya mendapat tugas untuk membersihkan bagian kemaluan dan pelepasan (anus).
  • Menyembahyangkan Jenazah - Setelah orang-orang yang memandikan mayat membungkus jenazah dengan kain kafan, selanjutnya mayat dibawa ke ruangan yang telah disiapkan atau ke tempat peribadatan (langgar atau mesjid) dengan posisi terlentang menghadap ke utara untuk menyembahyangi jenazah. Biasanya, sebelum mayat dibawa ke tempat tersebut, para pelayat telah terlebih dahulu berkumpul dan membaca tahlil dan doa arwah dengan dipimpin oleh orang alim (tokoh agama).  
  • Menguburkan  - Setelah upacara jenazah disembahyangkan, maka tahapan selanjutnya adalah menguburkannya.  
  • Menunggu Kuburan  - Terkadang, selesainya upacara penguburan tidak serta merta prosesi upacara kematian berakhir. Adakalanya sekitar satu jam setelah pembacaan talqin atau pelayat pulang ke rumah masing-masing, pihak keluarga menyelenggarakan pembacaan al-Quran di samping kuburan. Pahala dari pembacaan al-Quran ini dihadiahkan kepada orang yang baru dikubur tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh beberapa orang baik siang mapun malam sampai pada hari ketiga (maniga hari), dan bisa diteruskan sampai hari ketujuh atau bahkan hari yang keempat puluh. Namun ada juga yang mengadakan pembacaan al-Quran hanya satu hari, yaitu setelah pembacaan talqin sampai menjelang magrib. Jika hanya sampai magrib, maka yang dibaca hanyalah surat al-Baqarah saja.

 
Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Upacara Kematian Suku Melayu

  1. Peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan upacara kematian pada masyarakat Melayu, di antaranya adalah : 
  2. Peralatan memandikan jenazah. Secara garis besar, peralatan yang digunakan untuk memandikan jenazah terdiri dari balai-balai, air, tempat air, gayung, dan sabun. 
  3. Pengganjal mayat dikuburan. Pengganjal mayat ini biasanya terbuat dari tanah galian yang dibentuk berupa bulatan sebesar genggaman orang dewasa. 
  4. Tandu atau keranda jenazah. Tandu digunakan untuk mengusung jenazah dari rumah duka ke tempat pekuburan. 
  5. Kuburan. Kuburan merupakan bagian penting dalam ritual kematian masyarakat Melayu. Ukuran lubang kubur dibuat sesuai (baca: mayat bisa masuk) dengan ukuran mayat. 
  6. Peti jenazah. Peti jenazah digunakan jika lubang untuk menguburkan berada di daerah rendah (rawa-rawa).