Oleh: Yulsa dan Drealdi
Konsep Ketuhanan dan Kosmogi Orang Tionghoa
Dalam Masyarakat Tionghoa di Indonesia tepat kelompok agama tridarma yaitu Taoisme, Konghucu dan Budalisme.Dalam agama tersebut juga mengenal pandangan kosmologis, yaitu seperangkat keyakinan yang meliputi konsep mengenai dewa-dewa roh-roh leluhur, hidup setelah kematian, hidup di dunia dan lain-lain
Leluhur orang Tionghoa menuliskan mitologis yang berupa pandangan mereka terhadap alam semesta. Mereka memgangap bahwa sebelem dunia ini terbentuk langit dan bumi masih Bersatu dan belum terbentuk, nanti setelah 18 ribu tahun kemudia seorang yang Bernama Pan 2 Gu 3 yang memisahkan menjadi langit dan bumi yang semaking hari semakin bertambah tebal dan tinggi. Dan setelah wafat tubuh Pan Gu pun menjadi matahari, bulan, gunung, laut, Sungai dan danau. Pan Gu menjadi raja langit pertama.
Pandangan mereka tentang alam semesta terdiri dari dua bagian yaitu langit dan bumi mengalami pergeseran setelah munculnya Taoisme dan Buddisme yang memberi pandangan mengenai alam semesta sehingga berkembang menjadi tiga bagiang yang di sebut sebagai konsep tiga alam yaitu alam langit, alam bumi dan alam baka, yang mempunyai peranan dalam keseimbangan alam ini. Alam langit adalah tempat raja raja dan dewa-dewi langit.Langit adalah pusat pemerintahan alam semesta dan mengatur seluruh kehidupan di alam bumi dan alam baka. Alam bumi adalah tempat kediaman semua makluk hidup. Alam Baka adalah alam di bawah bumi atau alam sesudah kematian yang menjadi tempat roh-roh dan hantu-hantu dari manusia yang meninggal. Baik di alam bumi maupun alam baka terdapat pejabat langit atau dewa-dewi yang bertanggung jawab dalam alam ini.
Mereka mempercayai bahwa kehidupan di bawa bumi kurang lebih sama saja dengan kehidupan di alam baka, namun orang-orang besar dan berjaza di bumi Ketika meninggal dapat naik menjadi dewa-dewi di alam langit. Di alam baka dan orang-orang akang di beri imbalan berupa hadiah atau hukuman dari dewa – dewi dari langit sesuai apa yang telah di kerjakan di alam bumi. Di alam baka terdapat 10 istana dan 18 tingkat neraka. Konsep alam baka ini kemudia berkembang dengaan masuknya konsep reinkarnasi atau kelahiran kembali dari Buddhisme. Mereka percaya bahwa roh yang hidup diam maka akang terlahir Kembali sebagai manusia sebagai manusia di bumi dan bukan sebagai makluk lain
Konsep Tuhan Dalam Agama Tiongkhoa
Dalam pandangan agama Tiogkhoa Tuhan di namai Thian. Thian adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini. Thian bersifat Roh. Dalam sebutanya menggunakan Thian, Thian Li dan Thian Ming. Thian adalah Tuhan, Thian Li adalah Tuhan yang berbentuk peraturan, seruhan dan larangan, sedangkan Thiang ming adalah manusia yang mampu melaksanakan perintah Tuhan.
Menurut Huston Smith, dimensi utama ajaran Tionghoa tidak terlepas dari kepercayaan ajaran Cina kuno, yaitu bahwa ada dua unsur yang saling berkaitan yaitu langit dan bumi. Orang yang berdiam di langit adalah orang yang berdiam di langit adalah nenek moyang (Ti) yang telah meninggal dunia, sedangkan yang tinggal di bumi adalah orang yang masih hidup. Kehidupan langit lebih terhormat dan berkuasa, oleh karena itu orang di bumi harus selalu patuh dan hormat pada orang di langit. Hubungan langit dan bumi merupakan hubungan cinta kasih yang dijalin melalui cara pengorbanan .
Tionghoa menegukan pemujaan terhadap leluhur. kesetiaan terhadap keluarga dan pengormatan terhadap orang tua. Keyakinan terhadap roh-roh leluhur di dasari oleh ajaran mengenai hau, yaitu”bakti” yang di tunjukan kepada orang tua. Saudara dan pemimpin. Menurutnya hidup ini ada dua nilai, yaitu Yen dan Li. Yen artinya cinta atau keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang, sedangkan Li artinya rangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat tata krama dan sopan santun.
Pandangan kong Hu Cu tentang dunia, bahwa dunia ini di bangung atas dasar moral jika Masyarakat dan Negara rusak moralnya, maka tantangan alampun menjadi terganggu. Oleh sebab itu manusia mempunyai tempat terhormat yang tinggi yang harus di berkati dengan Cahaya ketuhanan .
Konsep Tuhan Dalam Agama Tao
Dalam Taoisme, sumber -sember ketuhanan adalah Tao yang diyakini tidak dapat dilihat,di rasakan dan di bayangkan, dan di bandingkan dengan yang lain. Tao di artikan sebagai “jalan” yang menjadi prinsip alam yang menyatu dengan alam dan berada diatas segala sesuatu yang ada di alam ini. Tao yang awalnya sesuatu yang tampa bentuk melahirkan Ti yang asli, kemudian yin dan yang, kemudian melahirkan segala yang ada di alam ini. Tao dikenal manusia melalui dewa-dewa dan orang-orang yang di anggap setengah dewa yang menjelma dalam diri manusia sepanjang masa.
Konsep yang menjadi pusa dari kosmologis Cina adalah Tao. Secara literal, Tao berarti jalan, jalan setapak, cara dalam konotasi, yang lebih luas dapat berarti suku, kebenaran, doktrin, aturan. Tao adalah jalan di mana alam semesta mengikutinya dan segala benda dan keberadaan
Berkembang dari situ. Tao menyatakan dirinya sendiri dalam prinsip dunialis Yin dan Yang . Alam adalah produk dari Tao dan terus beroprasi melalui hormonisasi dari prinsip Tao.
Keluarga Dan Nenek Moyang
Sikap menhormati orang tua dan leluhur yang telah meninggal dunia juga menjadi penentu Nasib baik dan keberuntungan. Hal yang penting dalam keluarga ialah keturunan yang membawa nama keluarga. Marga (tsu) merujuk kepada keturunan laki-laki dari leluhur akan mewarisi nama keluarga, termaksuk istri dan anak-anaknya, karena ini berlangsung dari generasi ke generasi. Bagi Wanita yang menikah akan kehilangan marganya atau marga dari ayahnya akang menjadi minimal. Sikap mengenai keluargga atau leluhur yang sudah meninggal dunia akang diratapi selama satu masa waktu yang cukup lama dan di sertai dengan pakaian kebung, dengan tujuan untuk memperbaruhui ikatan marga. Berkumpulnya sanak saudara dalam kuil leluhur bertujuan untuk meneguhkan solidaritas marga. Kuil leluhur tersebut merupakan ruma di percayai di huni oleh roh-roh dari semua anggota marga yang telah meninggal dunia.
Menurut kepercayaan mereka, jiwa-jiwa dari para leluhur itu dipersonifikasikan dalam bentuk lempengan kayu yang tegak sejajar dan secara periodik dilakukan upacara sembayang Bersama oleh para anggota marga. Selain itu penghormatan dan kasih sayang terhadap orang tua diwujudkan dalam satu istilah yakni Xiao (filiality).
Menurut Confucius, Xiao berarti melayani orang tua dengan baik pada saat hidup maupun setelah mati. takala orang tua masih hidup, layanilah mreka dengan li,dan Ketika mereka telah mati, kuburkanlah mereka dengan li, persembahkanlah korban dengan li.

Tidak ada komentar
Posting Komentar